Anies Baswedan di Masjid Salman ITB: Menjaga Demokrasi dengan Ilmu dan Pikiran Kritis

oleh -27 Dilihat

Bandung – Mantan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, hadir sebagai pengisi ceramah di Masjid Salman Institut Teknologi Bandung (ITB) pada Sabtu (8/3/2025). Di hadapan ratusan mahasiswa dan warga yang sebelumnya melaksanakan salat tarawih berjamaah, Anies menekankan pentingnya ilmu dan berpikir kritis sebagai alat penjaga demokrasi.

Dalam pemaparannya, Anies mengungkapkan bahwa ia sering menemukan mahasiswa yang bersikap apatis terhadap demokrasi. Menurutnya, banyak generasi muda yang merasa bahwa siapa pun pemimpinnya tidak akan berdampak langsung pada kehidupan mereka.

“Rasanya tidak ya. Ganti pemimpin, Uang Kuliah Tunggal (UKT) naik. Kemudian kalau kita mengeluh soal kemacetan, ini bukan soal kendaraan, tapi kebijakan sistem transportasi, dan kebijakan adalah keputusan politik,” ujar Anies.

Ia menegaskan bahwa demokrasi bukan hanya milik segelintir elite politik, tetapi harus dikelola oleh seluruh rakyat. Keterlibatan masyarakat, terutama anak muda, menjadi kunci utama dalam menjaga demokrasi tetap sehat dan berfungsi dengan baik.

“Demokrasi itu diurus oleh kita semua. Rakyat yang menentukan arah demokrasi, terlibat dalam pengambilan keputusan,” lanjutnya.

Anies pun menyinggung anggapan bahwa politik hanya menjadi urusan mahasiswa sosial, politik, atau hukum. Menurutnya, mahasiswa teknik pun harus memiliki kemampuan untuk mempertanyakan kebijakan, menguji argumentasi, dan mencari bukti yang menjadi dasar setiap keputusan politik.

“Kenapa? Karena dalam praktiknya, semua harus memiliki kemampuan mempertanyakan, menguji, dan mencari bukti tentang apa yang menjadi dasar kebijakan,” tegasnya.

Lebih lanjut, Anies menyinggung peran para alumni ITB dalam dunia politik Indonesia. Ia menyebut bahwa banyak insinyur jebolan kampus ini yang turut berkontribusi dalam pemerintahan, bahkan di tingkat kepala daerah.

Anies Baswedan memberikan ceramah di Masjid Salman Institut Teknologi Bandung (ITB). Dalam ceramahnya, Anies menekankan pentingnya berpikir kritis dalam masyarakat demokratis. Ia menyatakan bahwa demokrasi memerlukan masyarakat yang tercerahkan dan peduli, yang berani bertanya, memahami, dan melihat dari berbagai perspektif.

Anies juga menekankan peran perguruan tinggi sebagai ladang subur bagi pemikiran kritis. Ia mendorong generasi muda untuk tidak sekadar menghafal ilmu, tetapi menggunakannya sebagai alat untuk menciptakan kebijakan yang adil dan keputusan yang bijak. Anies menambahkan bahwa optimisme adalah bahan bakar peradaban, dan harapan adalah cahaya yang akan selalu membawa kita melangkah lebih jauh.

Selain itu, Anies mengingatkan bahwa masjid bukan sekadar tempat beribadah, tetapi juga tempat mencerahkan dan pusat peradaban. Ia menekankan bahwa demokrasi adalah berpikir kritis, dan Nabi Muhammad SAW, selama memimpin di Madinah, menghadirkan musyawarah dan kesetaraan.

Ceramah tersebut dihadiri oleh ribuan jamaah, termasuk mahasiswa dan masyarakat umum, yang memenuhi setiap sudut Masjid Salman ITB.

Di akhir ceramahnya, Anies secara ringan menyinggung dinamika politik Jakarta, termasuk Pilkada terakhir yang mempertemukan Ridwan Kamil—alumnus ITB—dengan Pramono Anung.

“Termasuk menjadi Gubernur di Jakarta, ada yang mau hijrah tapi tidak jadi. Soalnya, ya, di Jakarta bisanya perlu yang Ansor, Muhajirin belum tentu diterima,” selorohnya, disambut tawa hadirin.

Sebagai sosok yang kerap menyuarakan pentingnya pendidikan dan keterlibatan publik dalam demokrasi, Anies kembali mengingatkan bahwa masa depan bangsa tidak hanya ditentukan oleh elite politik, tetapi juga oleh seberapa aktif masyarakat dalam mengawal kebijakan dan pemerintahan.

Ceramah ini mendapat respons antusias dari para mahasiswa dan jamaah yang hadir, menegaskan bahwa pemikiran kritis dan kesadaran politik adalah bagian yang tak terpisahkan dalam membangun Indonesia yang lebih baik. (SAD/Red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.